tentang Palestina

Pembantaian Armada Kebebasan Menjadi Kemenangan Hamas!

Editorial Ha’aretz (11/6/2010)

Armada bantuan Turki ke Gaza berhasil mencapai tujuannya. Meskipun harus dibayar dengan harga berdarah yang menewaskan sembilan orang dan melukai puluhan lainnya. Seminggu setelah militer Israel menghentikan kapal-kapal (armada), blokade total yang diberlakukan terhadap Jalur Gaza hancur. Israel menerima gelombang kecaman internasional dan kini menghadapi tuntutan hukum untuk melakukan penyelidikan.

Hancurnya blokade itu bersamaan dengan keluarnya pernyataan Mesir bahwa perlintasan Rafah akan tetap terbuka dari sekarang hingga seterusnya. Gerakan lalu lintas penyeberangan memang tidak bebas, tapi larangan keluar masuk yang diberlakukan oleh Israel dan Mesir dalam beberapa tahun terakhir terhadap 1,5 juta warga Palestina di Jalur Gaza telah berakhir.
Seperti yang terjadi dalam pasar komersial, maka pada saat di mana Israel kehilangan monopoli kontrol terhadap pintu-pintu gerbang masuk ke Jalur Gaza, persainganpun menjadi keuntungan konsumen.

Amira Hass di "Ha'aretz" mengungkapkan bahwa daftar produk yang diijinkan Israel memasuki Gaza telah meluas. Dari sekarang dan seterusnya penduduk Jalur Gaza juga akan menikmati lada atau merica dan ketumbar (biji, bukan sayuran), yang sebelumnya dilarang masuk untuk mereka.

Blokade Israel di Gaza dan komplikasinya – barang-barang yang dilarang masuk, klaim-klaim dusta bahwa tidak ada krisis kemanusiaan di Jalur Gaza – merupakan hukuman kolektif terhadap penduduk miskin dan tertindas yang menjadi tamparan moral yang menodai demokrasi Israel.

Meskipun demikian, blokade terhadap Jalur Gaza belum bisa merealisasikan tujuan yang dijanjikan: pemerintah Hamas belum jatuh, penduduk Jalur Gaza tidak melakukan pembangkangan terhadap pemerintah Hamas, dan Gilad Shalit masih dalam tahanan. Yang dihasilkan dari blokade ini hanya mengungkapkan tentang kurangnya kebijaksanaan dan tentang arogansi berpikir pemerintah Benyamin Netanyahu dan Ehud Barak.

Alih-alih membebaskan sendiri blokade dan membatasinya menggagalkan alasan-alasan pembenaran penyelundupan senjata, Israel justru berupaya untuk tetap menutup total, yang kemudian kehilangan karena operasi yang gagal. Dalam upayanya untuk menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa dirinya "kuat", Netanyahu mendapatkan kekalahan politik dari Hamas dan orang-orang Turki yang menjadi pendukungnya.

Tidak terlambat untuk mengurangi kerusakan. Pemerintah (Israel) harus mencabut blokade yang tersisa dan membentuk system kontrol, dengan kerjasama internasional, atas pergerakan lalu lintas laut ke Jalur Gaza, untuk mencegah masuknya rudal dan senjata lainnya di bawah kedok pengiriman bantuan kemanusiaan.

Situasi yang mendahului armada kebebasan telah usai dan semua upaya untuk mengembalikannya ke status sebelumnya hanya akan menimbulkan bahaya tambahan bagi Israel.

by : Mudehi aye

0 komentar:

Posting Komentar